Jika Anda dihadapkan pada 2 pilihan di mana
pilihan pertama adalah diberi uang pada saat ini (misalkan tanggal 1 Januari
2001) diberi uang sebesar Rp1.000.000,00, dan yang kedua Anda akan diberi uang
dengan jumlah yang sama tetapi pada tahun berikutnya (1 Januari 2002) dengan
tingkat kepastiaan 100%, artinya Anda pasti menerimanya tanpa ada pengurangan.
Maka Anda akan menerima uang sebesar Rp1.000.000,00 pada tanggal 1 Januari
2001,. Demikian juga sebaliknya jika Anda disuruh membayar Rp1.000.000,00 pada
saat ini dengan membayar untuk jangka 1 tahun berikutnya, maka Anda akan
memilih pembayaran akan dilakukan pada tanggal 1 Januari 2002 dibanding tanggal
1 Januari 2001. Dari urain di atas menunjukkan bahwa sebenarnva kita menghargai
uang secara berbeda, apabila waktunya tidak sama. Dengan kata lain kita mengakui
bahwa uang mempunyai nilai waktu. Anda menyukai menerima Rp 1.000.000,- saat
ini dari pada nanti, karena kita menganggap bahwa nilai sekarang dari Rp100,00
saat ini adalah lebih besar dari pada nilai sekarang Rp1.000.000,00 pada
waktu yang akan datang. Sebaliknya kalau kita membayar, kita lebih suka
membayar nanti/waktu yang akan datang, karena kita menyadari bahwa
Rp1.000.000,00 nanti nilainya lebih kecil dari pada Rp1.000.000,00 pada saat
ini. Inilah yang disebut konsep nilai waktu uang (time value of money).
Mengapa kita selalu merasa bahwa
nilai mata uang mengalami penurunan? Sebab tidak lain adalah adanya pengaruh
inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi. semakin cepat penurunan nilai mata
uang. Hal semacam ini jelas kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Kalau
inflasi diharapkan meningkat, maka pada umumnya bank-bank harus memberikan suku
bunga simpanan yang makin tinggi agar masyarakat tetap bersedia menyerahkan
dana mereka (menabung) pada bank-bank tersebut. Apabila tingkat bunga simpanan
ini lebih kecil daripada tingkat inflasi yang diharapkan oleh masyarakat, maka
tidak akan ada seorang pun yang bersedia menyimpan dananya di bank.
Untuk membicarakan konsep nilai
waktu uang (time value of money) ini kita akan bicarakan tentang bunga
majemuk dan nilai sekarang (present values).
Pada umumnya di dalam
menganalisis suatu investasi dikenal ada 7(tujuh) model, di antaranya :
1. Intuisi
2. Metode periode pengembalian (payback
period)
3. Metode rata-rata tingkat
pengembalian akuntansi (average annual accounting rate of return)
4. Metode nilai bersih sekarang (net
present value)
5. Indek provitabilitas (provitability
index)
6. Metode tingkat kembalian
internal; dan
7. MIRR
METODE INTUISI
Seringkali keputusan investasi
yang dibuat oleh manajer didasarkan atas intuisi. Sikap seperti ini sering
dilakukan oleh perusahaan yang relatif masih kecil. Banyak sekali manajer yang
menyadari evaluasi subjektif mengenai berbagai alternatif dari pada membuat
analisis keputusan kuantitatif yang terperinci. Faktor kunci keputusan mereka
adalah derajat kepentingan atau kemampuan untuk menangguhkan proyek investasi.
Tidak sedikit dari para manajer ini datang kepada para dukun atau paranormal
ataupun para kiai. Dalam perusahaan yang menengah dan besar maka sangat sulit
menerapkan konsep intuisi ini dan merupakan metode yang sulit untuk dibenarkan.
Metode periode pengembalian (payback
period method)
Ini merupakan metode yang paling
sederhana dan paling banyak dipakai dalam mengukur tingkat kewajaran atau
kelayakan suatu proyek investasi. Metode ini tidak memasukkan unsur nilai waktu
uang di dalam perhitungannya. Periode pengembalian didefinisikan sebagai
banyaknya periode (tahun) yang diperlukan untuk menutup pengeluaran investasi
yang dilakukan. Manakala usulan investasi diharapkan menghasilkan aliran kas
yang jumlah setiap tahunnya sama maka metode ini dapat ditetapkan secara
sederhana dengan cara membagi pengeluaran investasi awal dibagi jumlah aliran
kas masuk.