Rabu, 16 Maret 2011

Profesi Pluit


Profesi yang menggunakan pluit bermacam-macam ada tukang parkir, wasit dan lain-lain. Tetapi ditulisan saya kali ini saya akan mencoba membuat tulisan tentang profesi tukang parkir yang terkadang dianggap sebagian orang sebagai profesi yang rendahan padhal profesi itu sangat penting bagi pengendara mobil pada khususnya. Tukang parkir memberikan jasanya untuk membantu pengendara memberikan rasa aman ketika parkir atau membantu pengendara kesulitan di jalan raya contohnya pada persimpangan jalan.
Upah yang mereka dapatkanpun tidak banyak hanya koin rupiah atau uang ribuan yang jumlahnyapun tidak banyak, namun jasa mereka sangat berarti bagi pengendara. Tetapi profesi ini terkadang di kotori oeh oknum-oknum tukan parkir yang terkadang “nakal” dalam melakukan tugasnya seperti pencurian komponen atau barang-barang berharga pada kendaraan yang sedang diparkir sehingga sebagian pengendara menilai negatif tukang parkir. Betapa beratnya resiko yang mereka tanggung.
Ditengah teriknya matahari mereka harus bekerja dengan baik sehingga memberikan keamanan serta kenyamanan pada pemilik kendaraan. Tulisan ini saya apresiasikan untuk teman-teman saya yang sehari-hari menjadi tukang parkir pada khususnya dan pada umumnya seluruh tukang parkir yang telah memberikan jasanya dengan baik.    
 

Pengamen Jalanan di Lampu Merah

Kisah tentang pengamen jalanan, inilah cerita yang ingin saya bagi. Entah mengapa saya begitu ingin mengetahui tentang bagaimana kehidupan mereka sebenarnya. Setiap kali kita naik bis kota sudah pasti kita menemui sosok yang begitu sering kita melihatnya. Tak terbatas memang, bukan hanya orang dewasa saja yang menyambung hidupnya dengan mengamen. Tapi juga ada banyak anak anak kecil yang seharusnya mereka bersekolah, tetapi tidak dengan mereka. Setiap hari mereka harus bersusah payah mencari uang, demi menyambung hidup.

Jika pemandangan itu terjadi di depan saya, maka tak sedikitpun saya membiarkannya. entahlah rasanya ada sesuatu yang mengaganjal di hati saya ketika melihat pemandangan itu. Apalagi ketika yang ada di hadapan adalah sesosok anak kecil. apakah mereka masih mempunyai orang tua??? mengapa orang tuanya begitu tega membiarkan anaknya berlari lari di lampu merah, di teriknya matahari yang begitu menyengat.

sesosok tubuh kecil, nampak di hadapanku. Tubuhnya kecil, kurus kering, matanya yang kecil cekung ke dalam, nampak kulitnya yang "gosong" karena bertemankan matahari setipa hari. Sebuah alat sudah ada di tangannya, dan ia nada nada lagu pun ke luar dari mulutnya yang mungil, entah lagu apa yang ia nyanyikan. tak sedikutpun aku bisa menangkapnya. Matanya di tolehkannya ke kiri dan ke kanan, entah apa yang ada di pikiran anak kecil itu. lampu merah sebentar lagi berubah warna, segeralah ia mengakhiri nada nada yang tak begitu jelas itu. Dan menyedorkan sebuah kantong kecil. Ahh bagaimanapun, tak tega rasanya bila membiarkannya begitu saja. sebuah logam ku ambil dari dompetku. Ku biarklan logam itu masuk bersama logam logam yang lainnya.

Kehidupan ini adalah realita , mungkin itulah kenyataan yang harus di hadapi. Betapa masih bayak saudara saudara kita yang seberuntung saya. Bocah kecil itu telah mengajari saya tentang kehidupan. Semoga masa depanmu akan lebih baik, sebuah doa ku kirimkan untukmu. Berjuanglah terus demi kehidupan yang lebih baik.

Sumber : http://rostiani.blogspot.com/2005/03/pengamen-jalanan-di-lampu-merah.html

Keluarga Pengamen Jalanan

Di perempatan Jalan Jakarta dan Kiaracondong  Bandung setiap pengendara pasti selalu melihat pemandangan yang mengenaskan. Sebuah keluarga besar yang terdiri dari ibu, anak, dan cucu berpanas-panasan atau berhujan-hujanan mencari uang dengan mengamen, mengemis, atau melap mobil yang berhenti dengan kemoceng (di Padang kami menamainya bulu ayam). Si ibu menggendong cucunya kesana kemari sambil mengemis uang dari pengendara yang berhenti ketika lampu merah, sementara anak gadisnya yang berjumlah tiga orang mengamen dengan alat musik seadanya: gitar butut, kincring-kincring, dan botol aqua.  Diperempatan itu tidak hanya mereka yang mengamen, tetapi juga beberapa lelaki remaja khas anak jalanan. Mereka berbaur dalam kehidupan jalanan yang bebas dan keras.
Oh ya, setahu saya cucu yang digendong ibu itu adalah anak dari anak gadisnya yang paling besar. Dua tahun yang lalu saya melihat anak gadis ini terlihat hamil, tidak jelas siapa ayah si jabang bayi. Kehidupan para orang jalanan ini memang terlihat bebas. Mereka tidur di emper-emper toko beralaskan koran dan berselimutkan kain lusuh. Karena banyak pengamen jalanan hidup seperti ini, maka tidak heran jika seks bebas pun bukan barang yang aneh di kalangan mereka. Mungkin saja si anak gadis ibu tadi hamil karena pergaulan bebas tersebut.
Anak-anak perempuan yang mengamen di jalan cenderung mengalami pelecehan seksual dari remaja lelaki sesama pengamen. Hidup mereka yang bebas memungkinkan mereka tidak terikat norma dan mau melakukan apa saja. Sejak kecil anak-anak perempuan dan anak laki-laki sudah dididik orangtuanya mengamen dan mengemis di jalan. Tanpa malu-malu keluarga pengamen ini berbaring dan duduk-duduk di pinggir jalan seakan tidak peduli dengan lalu lalang orang yang melihat kehidupan mereka. Anak-anak mereka yang masih bocah berlari-lari ke sana kemari tanpa takut ditabrak mobil, sebagian yang lain asik memakan remah-remah nasi bungkus. Tampang mereka dekil, kulit hitam terbakar matahari, rambut menjadi gimbal. Di perempatan Jalan Dago dan jalan Riau kita akan menemukan pemandangan keluarga pengamen dan pengemis semacam ini.
Tidak ada solusi yang ampuh untuk mengatasi masalah sosial ini. Mereka hadir di jalanan karena kita memberi peluang kepada mereka untuk meneruskan “profesinya”. Dengan tetap memberi mereka recehan uang, mereka akan terus bergerilya di jalanan karena merasa sangat mudah mencari uang tanpa perlu kerja keras. Seharusnya tugas negaralah untuk mengentaskan mereka dari kepapaan hidup, karena di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa “anak yatim dan orang-orang terlantar dipelihara oleh negara”. Tetapi tampaknya Pemerintah Kota (wakil negara) membiarkan kaum jalanan ini tetap beraksi. Razia yang dilakukan terhadap mereka tidak efektif sebab setelah dilepaskan mereka akan kembali lagi ke jalan.
Kita yang sering terenyuh dengan pengemis dan pengamen jalanan sering dibuat serba salah. Jika tidak diberi uang, ada perasaan seakan diri kita kikir, tetapi jika diberi uang mereka semakin ketagihan dan akan terus berada di jalanan. Seorang pembaca di koran pernah mengusulkan bahwa kepada anak-anak yang mengamen kita jangan memberi mereka uang, tetapi berilah biskuit atau penganan agar mereka tidak kekurangan gizi. Alasannya adalah pengamen anak-anak ini kemungkinan besar menggunakan uang hasil mengamen untuk membeli kebutuhan yang bersifat merusak tubuh mereka seperti rokok, minuman atau makanan berwarna, bahkan mungkin saja untuk ngelem atau untuk narkoba. Jadi, siapkan di mobil anda permen, biskuit, atau roti ketimbang uang receh. Itu jika anda tetap berniat memberi.

Sumber : http://rinaldimunir.wordpress.com/2007/03/02/keluarga-pengamen-jalanan/

Minggu, 06 Maret 2011

Arti Kewarganegaraan

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis
- Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-orang dengan negara.
- Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosionak, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
b. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil.
- Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
- Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

Sumber : http://tharra.wordpress.com/2010/02/24/pengertian-dan-pendidikan-kewarganegaraan/

Kamis, 03 Maret 2011

Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari itu semua
umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

Sumber : http://www.deawapedia.co.cc/2009/09/makalah-tentang-toleransi.html