Kisah tentang pengamen jalanan, inilah cerita yang ingin saya bagi. Entah mengapa saya begitu ingin mengetahui tentang bagaimana kehidupan mereka sebenarnya. Setiap kali kita naik bis kota sudah pasti kita menemui sosok yang begitu sering kita melihatnya. Tak terbatas memang, bukan hanya orang dewasa saja yang menyambung hidupnya dengan mengamen. Tapi juga ada banyak anak anak kecil yang seharusnya mereka bersekolah, tetapi tidak dengan mereka. Setiap hari mereka harus bersusah payah mencari uang, demi menyambung hidup.
Jika pemandangan itu terjadi di depan saya, maka tak sedikitpun saya membiarkannya. entahlah rasanya ada sesuatu yang mengaganjal di hati saya ketika melihat pemandangan itu. Apalagi ketika yang ada di hadapan adalah sesosok anak kecil. apakah mereka masih mempunyai orang tua??? mengapa orang tuanya begitu tega membiarkan anaknya berlari lari di lampu merah, di teriknya matahari yang begitu menyengat.
sesosok tubuh kecil, nampak di hadapanku. Tubuhnya kecil, kurus kering, matanya yang kecil cekung ke dalam, nampak kulitnya yang "gosong" karena bertemankan matahari setipa hari. Sebuah alat sudah ada di tangannya, dan ia nada nada lagu pun ke luar dari mulutnya yang mungil, entah lagu apa yang ia nyanyikan. tak sedikutpun aku bisa menangkapnya. Matanya di tolehkannya ke kiri dan ke kanan, entah apa yang ada di pikiran anak kecil itu. lampu merah sebentar lagi berubah warna, segeralah ia mengakhiri nada nada yang tak begitu jelas itu. Dan menyedorkan sebuah kantong kecil. Ahh bagaimanapun, tak tega rasanya bila membiarkannya begitu saja. sebuah logam ku ambil dari dompetku. Ku biarklan logam itu masuk bersama logam logam yang lainnya.
Kehidupan ini adalah realita , mungkin itulah kenyataan yang harus di hadapi. Betapa masih bayak saudara saudara kita yang seberuntung saya. Bocah kecil itu telah mengajari saya tentang kehidupan. Semoga masa depanmu akan lebih baik, sebuah doa ku kirimkan untukmu. Berjuanglah terus demi kehidupan yang lebih baik.
Sumber : http://rostiani.blogspot.com/2005/03/pengamen-jalanan-di-lampu-merah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar